Selamat datang di Dunia Mayaku.
Silahkan anda kotak katik....
bolak balik.... blog ini. Semoga informasi dari Blog ini bermanfaat.
Buat yang sudah singgah
Salam Kenal and jangan lupa
kritik serta sarannya
Sebenarnya pingin juga ngerayain pergantian tahun 2012 ke 2013 di Alun-alun Kapuas pontianak. Tapi apa boleh buat acara yang sdh di rencanakan urung untuk di ikuti.
Yaahh...... Ujan dech! Padahal sudah hampir sampai di Kota Pontianak.
Berhubung tunggangannya masih menggunakan kuda lumping (motor mio) dan membawa sang buah hati bersama mantan pacar (istri tersayang) kawatir akan hujan deras mengguyur kota Pontianak pada malam pergantian tahun nantinya.
Demi kebaikan semua langsung ambil keputusan "balik kanan" alias pulang aja dech!
Yang pasti semoga di tahun yang baru semua berubah menjadi ke arah yang lebih baik.
"Pagi mas...." dia menyapa dengan ramah ketika bertemu kami di gerbang."Pagi.... Selamat datang di Bukit Tekenang......" saya menyapa balik.
Tak lama kemudian kamipun mempersilahkan Nugie beserta rombongan untuk duduk di balai-balai bambu yang ada di depan Stasiun Riset Bukit Tekenang sekedar memberi waktu melepaskan lelah setelah hampir satu jam perjalanan menggunakan Speed Boat 40 PK dari Pulau Melayu menuju kesini.
Tanpa acara yang formal Dia langsung akrab dengan kami yang notabene belum pernah ketemu langsung dengannya.
"Bagus-bagus fotonya mas..... keren-keren sekali" ucapnyasambil melihat kedinding bagian luar bangunan Stasiun Riset Bukit Tekenang yang sengaja dibuat semacam galeri yang berisi informasi foto-foto tentang Taman Nasional Danau Sentarum beserta segala aktifitas, aksesibilitas dan segala hal tentang danau sentarum.
Ada yang sedikit mengusik pandangannya ketika matanya melihat tumpukan cindera mata hasil kerajinan masyarakat lokal didalam etalase yang juga berada disekitar dia berdiri. Tanpa basa basi, Nugie yang sering tampil di televisi dengan gaya yang agak sedikit terkesan santai style nya langsung meminta untuk membuka etalase. Rupanya Dia tertarik dengan beberapa kalung dan gelang tradisional buatan masyarakat lokal. Ada beberapa buah kalung dan gelang yang dia ambil selain itu tak ketinggalan pula ikan asin dan ikan salai hasil olahan masyarakat yang sudah dalam bentuk kemasan dia borongnya.
(kok artis tetep harus bayar yaaaa..............wkwkwkwkwk)
Nugie datang ke Stasiun Riset Bukit Tekenang bersama WWF-Indonesia Kalimantan Barat dalam rangkain acara Festival Danau Sentarum - Betung Kerihun 2012. Selai sebagai artis, ia juga salah satu aktifis lingkungan. Dalam acara malam penutupan festival, Nugie di agendakan tampil menghibur masyarakat dengan lagu-lagu hitnya.
Dalam mengisi waktu luang pagi sebelumnya Nugie menyempatkan diri tour mengelilingi danau sentarum untuk menikmati suguhan pemandangan alam yang indah sembari mencari inspirasi-inspirasi barudalam berkarya.
(mungkin kali......siapa tau nanti dia nyiptain lagu tentang danau sentarum)
Yang pasti pagi itu dia bersama rombongan kecilnya sudah sampai di Bukit Tekenang. Sejenak melupakan rutinitasnya dan rencana tampil malam nanti, Nugie sepertinya menikmati sekali suasana santai, damai dan segar di Stasiun Riset Bukit Tekenang. Canda kelakar dan gurauannya sesekali muncul dari mulutnya. Seolah seperti obrolan teman lama yang baru berjumpa lagi.
(istilahnya CLBK= Ceman Lama Bertemu Kembali...... Teman kallliii!?!?!?)
Tidak ada rasa canggung di antara kami semua pada waktu itu. Obrolan-obrolan santai tentang danau sentarum dan segala hal diselingi gurauan membuat keakraban. Suasana santai saat itu semakin terasa ketika Nugie memegang Gitar yang ada didekatnya sembari menikamti hidangan kopi.
"Kalau ada waktu saya pasti akan kesini lagi untuk menginap" suara keluar lewat bibirnya seolah dia ingin berlama-lama menikmati suasana alam yang tenang di Stasiun Riset Bukit Tekenang.
Saya pun tak ingin melewatkan kesempatan untuk memintanya menyanyikan lagu hitnya "Burung Gereja" sebagai hadiah darinya buat saya dan kawan-kawan staf Balai Taman Nasional Danau Sentarumyang berada di Stasiun Riset Bukit Tekenang.
Nugie (Burung Gereja) - di Bukit Tekenang (TNDS): -
Tanpa ragu-ragusyair dan petikan gitar ia mainkan.:
Melayang sehelai bulu rapuhnya Menunduk paruhnya seakan meratap Sanggupkah diriku berkicau menyambut pagi, oh... Melonjak tergesa ke dahan cemara Teringat anaknya yang belajar terbang Melanjutkan tugasnya mewarnai bumi Berhembuslah anginku, bawa kicauku Bergoyanglah daunku, iringi kepakanku Berhembuslah anginku, bawa kisahku Bergoyanglah daunku, iringi kebebasanku, oh...dst......
Satu buah lagu ia mainkan.
Ada yang membuat kami bangga ketika di akhir lagu syairnya ia ubah dengan kata-kata "cintaku untuk bukit terkenaaaannnggg......"
Hampir satu jam setengah Nugie berada di Stasiun Riset Bukit Tekenang, Sebuah penghargaan atas kehadirannya untuk pengelola danau sentarum dalam hal ini Balai Taman Nasional Danau Sentarum Seksi Pengelolaan TN Wil II Semitau Resort Tekenang. Semoga apa yang kita lakukan untuk konservasi selalu mendapatkan dukungan dari semua pihak untuk kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan Danau Sentarum telah menjadi pusat perhatian ahli-ahli geologi asing sejak lebih kurang dua abad yang silam. Perhatian terhadap kekayaan, keunikan dan keindahan kawasan danau-danau yang terletak di hulu Sungai Kapuas ini semakin besar ketika zaman pemerintahan Kolonial Belanda, ini terlihat dari dikirimnya seorang komisionaris bernama Hartmann pada tahun 1823 untuk mengunjungi kawasan Danau Sentarum dan sekitarnya guna menjalin hubungan kerja sama dengan penguasa daerah setempat (Kerajaan Selimbau, Suhaid, Jongkong, Bunut dan Kerajaan kecil Piasa). Kemudian mereka membuat suatu risalah dengan para penguasa tersebut, yang diatur oleh seorang wakil residen Sintang berkebangsaan Belanda, bernama Baron van Lijnden.
Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1852, seorang wanita terkenal sebagai pemimpin pergerakan feminisme yang bernama Ida Pfeiffer datang berkunjung kekawasan ini dan menceritakan tentang keunikan dan keindahan pemandangan alam di daerah Danau Sentarum ini. Kemudian pada tahun 1867, seorang pencinta alam berkebangsaan Italia yang bernama Beccari datang berkunjung ke komplek Danau Sentarum ini. Dalam penjelajahannya di daerah ini, Beccari banyak menemukan jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai keunikan tersendiri, sehingga menimbulkan minat besar bagi para peneliti lain untuk melakukan eksplorasi kekayaan sumber daya alam yang dimiliki daerah ini, seperti pada ekspedisi Borneo yang dilakukan selama satu tahun (1893 – 1894). Kemudian berbagai kelompok pencinta alam dan pelancong, petualang maupun para peneliti ilmiah silih berganti datang ke kawasan ini. Dari hasil kegiatan tersebut mereka menuliskan laporan maupun catatan mengenai berbagai hal, termasuk menuliskan laporan mengenai jenis-jenis tumbuhan dan keragaman jenis-jenis ikan yang terdapat di daerah-daerah danau di Kapuas Hulu pada kurun waktu satu setengah abad yang lalu (Giesen. 1987).
Para peneliti dari Indonesia juga tidak mau ketinggalan dalam hal ini, dan pada tahun 1981, Fakultas Perikanan IPB melakukan studi mengenai perikanan di daerah Kapuas Hulu. Tetapi laporan tersebut hanya dipublikasikan secara terbatas. Dua tahun kemudian (1983), Ave dan kawan-kawan menerbitkan sebuah buku mengenai bibilografi Kalimantan Barat yang berisi tentang seluruh hasil kerja yang pernah dilakukan di daerah Kapuas Hulu.
Karena keanekaragaman hayatinya yang istimewa ini dan karena sifatnya yang unik pemerintah Indonesia telah menetapkan kawasan Danau Sentarum sebagai Suaka Margasatwa pada tahun 1982. Indonesia juga mengakui perana penting kawasan ini secara internasional dan mendaftarkannya sebagai lahan basah berstatus internasional pada konvensi Ramsar pada tahun 1994.
Guna melestarikan sumber daya alam yang bernilai tinggi ini Pemerintah Indonesia dan ODA dari Inggeris pada tahun 1992 s/d 1996 membentuk suatu program kerja sama dalam bidang konservasi kawasan. Meskipun program kerja sama yang dilaksanakan oleh Wetland International Indonesia Program (WI-IP) dan Dirjen PHKA dalam hal ini diwakili oleh Balai KSDA Kalimantan Barat tersebut tujuan utamanya adalah melestarikan kekayaan dan keunikan satwa liar yang terdapat dalam kawasan Danau Sentarum, namun tetap melihat bahwa kelangsungan hidup kawasan ini tidak dapat dipisahkan dengan pemanfaatan oleh penduduk setempat yang telah berlangsung secara turun temurun. Berkenaan dengan hal tersebut maka program kerjasama ini dirancang dengan memadukan antara program konservasi dengan pengetahuan serta gagasan yang dimiliki penduduk Danau Sentarum.
Untuk menuju arah pengelolaan yang dapat memadukan antara pelestarian dan pemanfaatan pada tahun 1999 status kawasan ini dirubah menjadi Taman Nasional. Dengan melakukan hal-hal tersebut pemerintah telah komitmen untuk memelihara integritas ekologis kawasan danau sentarum sepanjang masa.